Indonesia merupakan kawasan yang kaya sumber daya alam (SDA). Itu tak terbantahkan. Bahkan sebagai negara penghasil BBM Fosil. Sayangnya, belakangan waktu dikabarkan cadangan BBM tak terbarukan itu kian menipis. Dan, mengancam terjadinya kelangkaan material bahan bakar.
Pemerintahan yang ada telah berupaya mencari solusi penyediaan BBM dengan mencari berbagai material BBM pengganti. Dan, dikabarkan pilihan jatuh pada pengolahan dan upaya menghasilkan BBM nabati. Disebut-sebut, BBM jenis ini juga ramah lingkungan dan berwawasan lingkungan.
Sayangnya, terkesan program-program yang dilakukan masih kurang efektif dan efisien. Buktinya, proyek penanaman dan budidaya tanaman jarak di Sulawesi kini kian tidak terdengar lagi hasil akhirnya. Padahal, dana yang dialokasikan untuk itu diyakini mampu menyedot cadangan APBN.
Pun seandainya proyek tersebut berhasil memang patut disanjung puja. Tapi, apakah lantas sudah selesai sampai disana? Secara pasti masih membutuhkan cadangan dana yang lebih besar lagi. Soalnya, bakal dibutuhkan pembangunan industri pengolahannya.
Nah, sampai disini apakah program tersebut dapat dikatakan tepat sasaran dan efektif? Padahal, masih banyak dan masih ada sumber nabati lainnya yang dapat dikelola secara hemat. Bahkan, ketersediaan materialnya cukup diakui. Sebut saja semisal crude palm oil (CPO) sebagai minyak mentah dari tanaman kelapa sawit.
Sama-sama diketahui bahwa Indonesia khususnya wilayah Sumatera Utara adalah penghasil terbesar komoditi ini. Sayangnya, pemerintah kurang perhatian dalam pengembangan lanjutan industrinya. Terkesan hanya mengharap pajak ekspor (PE) CPO ke pasaran internasional.
Ironisnya, terlepas dari konteks politisasi terjadinya pencemaran CPO Indonesia ke Belanda beberapa tahun silam, kini menjerumuskan nama Indonesia. Kini, untuk sector internasional pihak Malaysia yang mendulang untung. Soalnya, kini buyer lebih percaya dengan Malaysia dan segera memonopoli penjualan CPO Indonesia ke LN.
Jika pemerintah benar-benar serius ingin mengatasi dan mengantisipasi potensi terjadinya kelangkaan BBM dan berupaya menciptakan sumber energi yang benar-benar berwawasan lingkungan, khususnya lagi mengkekola sumber alam yang telah tersedia, selaiknya mengembangkan rencana pengembangan industri CPO.
Bila perlu membatasi ekspornya ke LN. Selain menjaga kebutuhan dalam negeri (DN). Kabar menyebutkan, CPO juga dapat sebagai bahan dasar pembuatan BBM terbarukan. Biasa hasil rekaya dan olahnya disebut Biodiesel.
Nah, seandainya saja pengucuran dana untuk pengembangan tanaman jarak di Sulawesi tersebut jauh hari dialihkan guna pembangunan industri pengolahan Biodiesel, Indonesia kini telah memiliki kekayaan tambahan berupa industri dan juga telah mampu memproduksi BBM. Belum lagi dari sektor pendapatan domestik regional bruto (PDRB) suatu daerah. Misalkan saja, jika industri itu dialokasikan untuk kawasan Labuhanbatu Sumatera Utara yang dikenal cukup sukses dalam pengembangan komoditi sawit dan juga dengan ketersediaan tak kurang dari 40 industri pengolahan kelapa sawit menjadi CPO.
Secara pasti petani kebun sawit di daerah itu tidak akan dihantui lagi terjadinya kemelorotan harga jual tandan buah segar (TBS) sawitnya di pasaran dampak dari naik turunnya kurs dollar AS di pasaran dunia. Bahkan, juga akan menambah sektor lowongan pekerjaan bagi daerah setempat.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/07/04/biodiesel-cpo-sawit-alternatif-ketersediaan-bbm/
Rabu, 28 Maret 2012
Biodiesel CPO Sawit, Alternatif Ketersediaan BBM
Post Author
Pakai kode disamping emoticon, terus tambahkan satu spasi sob..
:j :k :l :m :n :o :p :q :r
:s :t :u :v :w :x :y :z :ab
0 Comments