Seekor burung hitam legam bertengger di atas jok sepeda butut. Krang-kring bel sepeda yang melintas seolah menjadi musik pengiring tarian burung yang tengah berjemur itu. Pemandangan tersebut menjadi salah satu potret di sudut kota berjuluk "Kota Berjuta Sepeda", Amsterdam, Belanda,
Identitas Amsterdam
sebagai Kota Berjuta Sepeda bukan kiasan. Masyarakat dan wisatawan di sana
sebagian besar menggunakan sepeda sebagai moda transportasi utama. Sepeda
menjadi pemandangan dominan di segala penjuru tempat.
Besarnya minat
masyarakat untuk bersepeda juga didukung pemerintah setempat yang menyediakan
beragam fasilitas khusus pesepeda. Dari mulai jalur sepeda, area parkir, hingga
lampu pengatur lalu lintas menjadi sarana yang didedikasikan bagi pesepeda.
Di ibu kota negara
yang pernah menduduki Nusantara, konon 3,5 abad lamanya itu, pesepeda diberi
hak yang sama dengan pengguna jalan lain.
Menikmati pesona Kota
Berjuta Sepeda layaknya mengunjungi Kota Yogyakarta. Sayangnya, beragam
fasilitas khusus pesepeda di Yogyakarta tak dipakai semestinya. Jalur sepeda
lebih banyak dijadikan ajang parkir atau tempat berjualan. Di Amsterdam,
fasilitas bersepeda sesuai peruntukannya. Dan, sangat terawat.
Bersepeda keliling
kota di kota-kota besar Indonesia seasyik di Amsterdam patut menjadi impian
bersama. Selain menekan polusi dan menjaga keasrian kota, bersepeda juga ikut
menjaga sumber daya energi tak terbarukan bangsa kita yang cadangannya kian
menipis. Kiranya, kota sepeda menjadi mimpi bersama bangsa Indonesia yang bisa
diwujudkan. Semoga....